Cerita_Hikayat pohon cantik
Nih, w kasih lagi satu cerita buat tugas - tugas lu smua yg lagi kesel sama guru B. Indo, Kalau g ngarti jangan salahin gw, w jga sma kgak ngartinya kya lulu pada ! (namanya jga Hikayat).....Hutfh !
Nun,di
sebuah hutan belantara tumbuhlah sebatang pohon yang memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan dengan jutaan pohon yang lainnya. Ia memiliki batang
yang sangat lurus dan tegak, akarnya yang kukuh, serta aroma khasnya yang
harum, semerbak, memenuhi seluruh isi hutan. Sehingga tidaklah menjadi hairan,
ramai sekali para pencari kayu bakar yang merasa tertarik kepada pohon itu.
Bahkan ramai yang berniat baik untuk turut memelihara keindahan pohon itu.
Dengan senang hati mereka membiarkan pohon tersebut tetap tumbuh. Sering kali
mereka menyempatkan diri untuk menyiraminya dengan air yang diperoleh dari
lubuk bening di pinggir hutan. Semua itu mereka lakukan dengan penuh harap agar
suatu saat kelak, di alam yang mulai penuh dengan kerosakkan ini, Sang Pohon
Cantik akan tumbuh
dengan sejuta pesona. Memberikan warna perubahan bagi siapa
saja, untuk lebih mencintai lingkungan mereka dan berhenti membuat kerosakan.
Sementara
bagi para penebang pohon yang liar, keberadaan pohon cantik itu sangatlah
mengganggu. Mereka sedar, apabila pohon tersebut tumbuh dengan baik, maka akan
banyak perhatian yang akan tertuju kepada hutan itu. Perhatian yang tentu saja
membuat langkah mereka semakin sulit dalam membuat kerosakan di dalam hutan
itu. Para penebang pohon yang liar itu berikrar, mereka akan memindahkan pohon
cantik itu ke halaman rumah-rumah mereka. Tetapi kalau tujuan itu tidak
tercapai, maka mematikan pohon itu adalah cara terbaik yang harus mereka
tempuh. Beruntung, pohon cantik tersebut mendapat penjagaan yang sangat rapi
dari para pencari kayu bakar yang baik hati. Mereka secara bergiliran mengiring
berjalan dengan sangat waspada agar pertumbuhan Sang Pohon terjaga . Selain
itu, pohon tersebut rupanya memiliki akar yang dapat menumbuh dengan cepat.
Sehingga sari-sari makanan yang ada dalam tanah dapat diserap dengan baik.
Demikian juga dengan air yang ada, dapat digunakan oleh Sang Pohon untuk
menampung kehidupannya.
Dipendekkan
cerita,pohon tersebut telah tumbuh besar, daunnya yang rimbun menghijau membuat
mata tak lelah untuk memandang, dari dahan-dahannya lahir wangian semerbak
harum yang menyeliputi seluruh hutan, dan satu lagi, pohon cantik tersebut
memiliki buah yang sangat manis. Selain dapat menghilangkan dahaga, juga dapat
mengenyangkan para penikmatnya. Terasalah berkah Sang Pencipta bagi para
pencari kayu bakar, meskipun para penebang pohon yang liar masih saja mencari
helah untuk selalu menghapuskan pohon itu. Namun, demikianlah kudrat keberadaan
setiap makhluk yang hidup dan tumbuh di atas muka bumi ini, tak satupun yang
abadi! Tak terkecuali dengan keadaan pohon cantik yang disanjung para pencari
kayu bakar dan seluruh penghuni hutan. Pada suatu petang, ketika langit mulai
gelap, angin pun kencang berhembus. Pucuk pohon cantik bergoyang dengan
hebatnya. Ia sekuat tenaga mengimbangi keadaan yang mana pada bila-bila masa
boleh menumbangkannya. Sang Pucuk terus bergerak, awalnya hanya berniat untuk
mempertahankan diri dari keadaan alam yang ia hadapi.
Tetapi
lama-kelamaan ia sedar, bahwa sebenarnya ia dapat mengatasi sepenuhnya serangan
angin tersebut. Ia yakin benar telah ditampung oleh akar yang kuat, dan
dahan-dahan yang kukuh, serta dedaunan yang dapat menahan laju dan kencangnya
angin dengan sempurna. Kerana keyakinannya itulah tiba-tiba ia membuat sebuah
gerakan yang tidak disangka-sangka oleh Sang Akar, yang sekuat tenaga
mencengkam tanah. Sang Pucuk menari, bukan hanya mengikut arah angin, namun
terkadang ia membuat gerakan yang membingungkan Sang Akar dalam mempertahankan
keseimbangannya. Dan, Sang Akar pun mengeluarkan bantahannya; “Hai, pucuk.
Berhentilah menari! Aku bingung melihatmu!” “Kenapa mesti bingung, Akar? Aku
tahu benar situasi yang ada. Ikut sajalah!” “Bagaimana aku hendak mengikuti
tarianmu, kalau kamu susah diikuti” “Percayalah, akar. Aku diatas mampu melihat
semuanya. Bukan hanya batang, daun, dan kau akarku sendiri. Tetapi jarak
puluhan batu di sekeliling kita pun dapat aku lihat dengan jelas” “Hai, apa
salahnya aku mengingatkanmu, pucuk?” “Kau salah akar, harusnya kau ikut saja
apa kataku. Kerana posisimu di bawah, dan kau tidak tahu apa-apa tentang dunia
ini!”
“Aduhai…angkuh nian kau, pucuk!
Kalaulah tak ada aku, mana mungkin kau dapat berdiri dan berada di atas sana!”
“Sudahlah, kenapa kalian malah bertengkar, hah?!” Sang Daun menegahi suasana
yang semakin panas. “Kerana dia mulai merasa angkuh, daun!” akar mengarahkan
serabut akarnya kepada Sang Pucuk. “Apa urusanmu, akar?! Ikuti sajalah kataku,
dan kau akan selamat” “Apakah kalian lupa, hah? Kalian itu saling memerlukan!
Tidak akan ada kehidupan kalau tidak aku, kau, dan si akar itu. Sedarlah,
saudaraku! kawanku!” Sang Daun kembali berkata-kata dengan perasaan yang sedih
kerana pertelingkahan saudaranya sendiri.
Perdebatan
demi perdebatan terus bergulir di antara keduanya. Sang Pucuk tidak merasa
harus mengalah sedikit pun terhadap Sang Akar. Ia merasa bahawa ialah
segalanya, dialah ketua kerana berada di tempat yang paling atas. Ia merasa
ditakdirkan Tuhan untuk berada di atas dengan segala penglihatannya yang luas
akan dunia ini. Ia merasa Tuhan telah memberikan kekuasaan mutlak kepadanya
untuk berbuat sesuka hati. Sementara, Sang Akar merasa kecewa, Sang Pucuk telah
mengambil langkah yang keliru dalam melaksanakan upaya menjaga kelangsungan
hidup seluruh bagian pohon tersebut. Dan, Sang Daun yang berusaha meleraikan
perdebatan itu pun tak berdaya menenangkan keduanya, meski ia tak pernah merasa
lelah untuk mendamaikan perseteruan dua saudara satu tubuh itu.
Waktu yang
digariskan mungkin saja telah tiba, kerana perdebatan yang berlarutan itu, Sang
Akar bermalas-malasan untuk menyerap air dan zat-zat yang dibutuhkannya.
Demikian juga Sang Daun, kerana kelelahan melerai perdebatan kedua saudaranya,
ia lupa untuk mengolah makanan meskipun matahari terus bersinar sepanjang hari.
Dan, Sang Pucuk rupanya semakin terlena. Ia tidak menyadari dua saudara
dibawahnya sudah mengalami gangguan. Ia tetap berlenggok mengikuti arah angin
dengan irama yang menghiburkan hatinya. Hingga tibalah saat di mana angin
justeru berhembus dengan sangat perlahan. Sang Pucuk terlena kerana desirnya,
ia merasa ngantuk dan ia biarkan gerakannya yang tidak beraturan, dan ia pun
mulai terpejam. Terlelap dalam tidur yang tidak disedarinya, dan angin datang
menyerang. Tubuhnya terkulai. Sang Daun yang lapar tidak berdaya menahan tubuh
Sang Pucuk yang datang tiba-tiba. Ia ikut terjatuh. Sementara di bawah, Sang
Akar yang bermalas-malasan tidak lagi memiliki cengkaman yang kuat terhadap
tanah di sekelilingnya. Sang Akar tidak berkuasa menahan tubuh kedua saudaranya
yang terjatuh lebih dulu. Ia tercabut, bercerai-berai.
Beginilah
akhirnya kisah pohon cantik,sebuah cerita yang menyedihkan.Para pencari kayu
bakar yang baik hati bermuram durja, sementara para penebang liar bergelak
tawa, “Tak perlu kita robohkan, kawan. Mereka roboh sendiri kerana
permusuhan…!! ” “O, bahkan tak perlu angin yang kencang rupanya…….kasihan
betul…..” demikianlah kata penebang pohon yang liar.Dari sini saudara-saudaraku
dapatkah kita mengambil sedikit iktibar dari cerita ini?
Marilah kita jauhi permusuhan yang meleraikan silaturrahim antara kita,
janganlah berdendam kerana dendam itu tidak membawa kedamaian..
saling hormat menghormati dan bersatu padulah kita agar syiar Islam dapat diteruskan dan digemilangkan.. dan agar kita tetap menjadi orang yang beriman..
InsyaAllah..
Marilah kita jauhi permusuhan yang meleraikan silaturrahim antara kita,
janganlah berdendam kerana dendam itu tidak membawa kedamaian..
saling hormat menghormati dan bersatu padulah kita agar syiar Islam dapat diteruskan dan digemilangkan.. dan agar kita tetap menjadi orang yang beriman..
InsyaAllah..
0 Comments